Kamis, 12 Januari 2012
Proses Terciptanya Alam Semesta Menurut Al-Qur’an dan Teknologi Modern (IAD)
Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big Bang). Disebut bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kamsis sekitar 10-20 miliar tahun lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik. Mungkin banyak diantara kita yang telah membaca teori tersebut.
Sekarang mungkin ada diantara kita yang ingin tahu bagaimana Al-Qur’an menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta ini. Dlam Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ (surah ke-21) ayat 30 disebutkan bahwa :
• •
Artinya :
“dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui langit dan bumi itu keduanya dahulunya adalah suaatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan air Kami jadikan sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka beriman?”
Lalu dalam surah fushsilat (surah ke-41) ayat 11 Allah berfirman :
•
Artinya :
“Kemudian dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap. Lalu dia berkata kepadanya dan kepada bumi :”datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab :”Kami dating dengan suka hati”.
Kata asap dalam ayat diatas tersebut menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dri gas-gas dan partikel-paartikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
Lalu dalam surah Ath-Thalaaq (surah ke-65) ayat 12 Allah berfirman :
• • •
Artinya :
“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula pada bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuat dan sesungguhnya Allah ilmunya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Para ahli menafsirkan bahwa kata tujuh menunjukkan sesuatu yang jamak (lebih dari satu), dimana secara tekstual hal ini mengindikasikan bahwa di alam semesta ini terdapat lebih dari satu bumi seperti bui yang kita tempati sekarang ini.
Beberapa hal yang mungkin mengejutkan bagi para pembaca al-Qur’an di abad ini adalah fakta tentang ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang tiga kelompok benda yang diciptakan (Nya) yang ada di alam semesta yaitu benda-benda yang ada di langit, Benda-benda yang berada dibumi dan benda-benda yang berada diantara keduanya.Kita dapat menemukan hal ini pada beberapa surah yaitu surah At-Thoha (surah ke-20) ayat 6 yang berbunyi :
Artinya :
“Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang berada di bumi, semua yang berada diantara keduanya dan semua yang berada di bawah tanah”.
Lalu dalam surah Al-Furqaan (surah ke-25) ayat 59 yang berbunyi :
Artinya :
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa”.
Juga dalam surah As-Sajdah (surah ke-32) ayat 4 yang berbunyi :
Artinya :
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa...”.
Dan surah Qaaf (surah ke-50) ayat 58 yang berbunyi :
•
Artinya :
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak di timpa keletihan”.
Dari surah-surah tersebut di atas terlihat bahwa secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam enam periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan pula bahwa terciptanya jagat raya terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya bersatu. Selain itu disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi dan keberadaan ciptaan diantara langit dan bumi.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum para ahli mengemukakan tentang teori Big Bang yang dimulai sejak tahun 1920-an, ayat-ayat Al-Qur’an telah jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini tebentuk.
Ilmu pengetahuan modern, Ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta ini masih berupa gumpalan-gumpalan asap (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a modern View of the origin of the Universe, Wein Berg, Hal 94-105) hal ini merupakan sebuah prinsip yang tidak diragukan lagi menurut standar astronomi modern. Para ilmuan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan ”gumpalan-gumpalan asap” semacam itu.
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat pada malam hari sebagaimana seluruh alam semesta , dulunya berupa materi “asap” semacam itu. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
Artinya :
Kemudian Dia menuju kepada pencipta langit dan langit itu masih merupakan asa.
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari gumpalan-gumpalan asap yang sama, maka data di tarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari asap yang homogen ini. Allah telah berfirman dalam surah Al-Anbiyaa’ (surah ke-21) ayat 30 yang berbunyi :
• •
Artinya :
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulunya adalah suatu yang padu, kemudian ami pisahkan antara keduanya.
Dr.Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor Geologi dan kepala departemen Geologi pada institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata : Jika menilik tempat asal Muhammad…saya piker sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahu yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknoogi mutakhir inilah kenyataannya. Ia berkata : “Seseorang yang tidak mengaethaui apa pun tentang Fisika itinti 14 abad yang lalu, menurut saya tidak akan pernah bisa mengetahui melalui pemikiran sendiri bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu”.
Pada tahun 1929,di observatorium California Mount Wilson, Asttronomi berkebangsaan Amerika Edwin Hubble menghadirkan salah satu penemuan terbesar dalam sejarah astronomi . Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia dapati bahwa cahaya dari bintang-bintang itu berubah di ujung spektrumnya menjadi merah dan bahwa perubahan ini lebih memperjelas bahwa itu berpengaruh bagi dunia ilmu pengetahuan karena menurut aturan ilmu Fisika yang sudah di akui spectrum cahaya berkedip-kedip yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna lembayung , sedangkan spektrum cahaya berkedip-kedip yang menjauh dari tempat observasi itu cenderung mendekati warna merah. Artinya, bintang-bintang itu menjauh dari kita secara tetap.
Kesimpulannya :
Dari pengamatan para ahli dan Al-Qur’an, alam semesta berkembang semakin luas dan menjauhi satu dengan yang lainnya. Perkembangan alam semesta ini pasti berakhir pada suatu saat nanti atau pada akhir alam semesta akan hancur berkeping-keping. Penciptaan langit dan bumi menurut Al-Qur’an terjadi selama enam masa atau enam periode yang merupakan kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus dalam bentuk padat maupun cair serta dalam temperature yang tinggi dan rendah. Sebelum para ahli teori astronomi mengemukakan teorinya tentang alam semesta, Al-Qur’an sudah terlebih dahulu menjelaskan tentang pembentukan alam semesta melalui ayat-ayat yang disebutkan tadi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar